WelCome To My Blog

... this is my firts blog ...
my fantasy story...
Eltier ...
i hope you all like it... :)
and If you like... wait ... all edition of Eltier Story...
Please enjoy it... thanks ...
please comment it... tnx

Monday 1 April 2013

CHAP 3


Kingdom of the wind. 

Gerbang Utara 11 Desember, 07:30 am. 

Bulan sudah berganti dengan matahari. Cahaya dari sang surya membuat salju menjadi agak mencair. 

Tempat yang tadinya merupakan gerbang besar dengan ukiran naga angin itu sekarang sudah tidak berbentuk. Bercak darah terlihat dimana-mana dan banyak mayat yang bergelimpangan. 

Gerbang besar itu sekarang sudah hancur, sudah menjadi puing. 

Bau amis khas darah sangat tercium di sini, salju yang tadinya putih, tertutupi oleh cairan kental berwarn merah. Sisa-sisa danging dari para prajurit yang tewas, menjadi santapan monster-monster itu, tersebar di mana-mana. 

Seorang pria dengan topi aneh berdiri di antara puing-puing bangunan itu dan mayat. Monster-monter jamur yang ia keluarkan sekarang sudah berubah menjadi spora-spora yang bertebaran dimana-mana. 

"Kau lihat Elvis, pemandagan ini sangat indah" kata pria itu. "Khu..khu..khu.. kalau raja mengizinkan aku akan membantai kerajaan ini dalam 1 malam" pria itu mengangkat tanganya tinggi-tinggi dan mulai tertawa dengan gila. "Dengan begini, kerajaan kegelapan akan menguasahi ke-6 kerajaan". 

Elvis yang tadi hanya tersenyum sekarang ikut tertawa. Setelah puas tertawa, pria itu menjilat tangannya yang sudah berlumuran dengan darah yang mulai mengering. "Ini adalah kemenanganku khukhukhu". 

"Sekarang kita harus pergi untuk melihat-lihat khu..khu..khu" pria aneh itu berjalan menuju kota angin. 

Sebuah bayang hitam dari balik salah satu pohon yang ada di hutan sedang memperhatikannya di tangannya terdapat sebuah pedang. 

"A-aku harus memberitahu raja" 

Kingdom of wind. 
Green fairy palace, 09:00 am. 

"A-apa i-ini tidak mungkin, bagaimana kita bisa..." 

"Yang mulia raja, kerajaan kita sudah kehilangan sedikitnya 120 prajurit dalam satu malam" jelas penasehat kerajaan. Duke. 

"Bagaimana dengan orang di balik semua ini" tanya raja wajaha terlihat sengat marah sekarang. 

"Dia sudah melarikan diri, dan yang di temuka di sana hanyalah spora jamur" jawab Duke. 

Raja benar-benar sangat marah tapi dai berusaha untuk bersikap tenang. "Kau sudah mengirim beberapa prajuritkan? Untuk membersihkan semua kekacauan itu." tanya raja. 

"Iya" 

"Apa ada seseorang yang selamat atas kejadian itu" 

"Ada, seorang prajurit muda. Sekarang dai sedang di berikan beberapa pertanyaan oleh bagian keamanan kerajaan" jawab Duke. 

"Bagus. Jangan sampai hal ini terdengar oleh para penduduk. Jaga di sepanjang jalan menuju gerbang Utara. Kita tidak boleh membuat yang lain panik" perintah raja. 

"Baik" 

"Apa ada laporan terbaru" 

"Belum, ke 5 ksatria yang di tugaskan untuk mengecek selurus penjuru gerbang Utara belum kembali" Duke menghela nafas panjang. " Tapi para prajurit yang sudah di kirim tadi sudah kembali dan membawa 120 mayat" Duke menatap wajah raja, raut wajahnya terlihat sedih "Tapi... Ke 120 mayat di temukan dengan anggota tubuh yang tidak sempurna..." 

-Eltier, chap 3: Top hat- 


Kingdom of the wind. 

Kota angin, 09:15 am. 

"Ackley terimaksih kau sudah membantuku untuk hari ini" Kata seorang pedagang sayur yang sedang memperhatikan perkerjaan Ackley. 

"Hehehe, tidak apa-apa aku senang bisa membantu bibi" kata Ackley sambil mengangkat beberapa kotak yang berisi sayuran. Lalu menarunya bersama tumpukan kotak-kotak yang lain yang sudah tertata. 

"Walaupun hari ini cerah, tetap saja dingin, belilah beberapa makanan hangat. Nah! Ini upah untukmu" kata bibi itu dan memberikan beberapa uang pada Ackley. 

"Wah! Terimaksih bi" seru Ackley sambil tersenyum lebar. 

"Hahaha sama-sama" 

"Aku pergi dulu ya bi" Ackley pergi berjalan meninggalkan pedagang itu. 

Kota angin, adalah ibu kota kerajaan angin. Kota yang paling besar berada di bagian Utara kerajaan angin, dekat dengan istana (Green fairy palace) kota subur dengan prioritas penduduk terbanyak di bandingkan kota-kota yang lain. Hari ini orang-orang sudah mulai melakukan aktivitasnya, sehingga sepanjang jalan penuh dengan orang-orang yang melakukan perkerjaannya. 

Gerbang Utara berada jauh dari kota sehingga belum ada penduduk yang mengetahui pembantaian itu. 

Ackley berlari menuju akademi kemiliteran, yang jaraknya agak jauh dari tempatnya berada, sesekali dia meminta maaf karena menabrak seseorang. Habis mau gimana lagi, dia sudah telat untuk mengajar para adik kelas. Dan dia panti bakalan di 'sebur' sama Sir Harris. 

-Brukk- 

Karena berlari tampa sada Ackley menabrak orang di depannya hingga jatuh ke salju dan topi yang di gunakan pria itu terjatuh di salju. Dengan cepat Ackley membantu pria itu berdiri dan memumut topinya. 

"Ma-maafkan aku tuan, aku sedang bururu dan aku tidak sengaja menabrakmu" kata Ackley sambil memberikan topi itu kepada pemiliknya. Sambil tersenyum lebar pria itu mengambil topinya lalu menggunakannya. Ackley bisa melihat mata merahnya dengan jelas. Pria itu pergi tampa mengatakan apa-apa. 

Ackley menatap punggungnya dengan tatapan heran. 

"Orang aneh" guman Ackley, lalu kembali melanjutkan perjalanannya.
"Ternyata masih ada salamander di dunia ini, khu..khu..khu" seringai pria itu. 

Kingdom of the wind. 

Green fairy palace, 11:00 am. 


"Jadi orang-orang itu belum kembali" tanya raja. 

"Ya, yang mulia. Dan perasaan saya tidak enak dengan ini" jawab Duke. 

"Bagaimana ini sayang, ini benar-benar tidak beres" kata ratu yang berada di sebelah raja. "Apa kita harus mengirim orang lagi, untuk memastikannya" 

"Ku rasa iya yang mulia ratu" kata Duke. 

"Kalau kalian tidak keberatan biar aku yang pergi" Lucia memasuki ruangan besar itu, sambil membawa busur dan panahnya. Lucia tidak munggunakan gaun yang biasanya, dia menggunakan gaun kuning yang lebih simpel dengan pelindung di bagian dadanya, rok gaun itu lebih pendek hingga sebatas lutut, sehingga memperlihatkan kedua kakinya yang menggunakan sepatu boot kulit. Rambut silver panjangnya juga di ikat satu dengan pita kuning. Agar mudah bergerak. 

"Maafkan aku karena berpenampilan seperti ini, tadi aku mengajar anak-anak perempuan di akademi, memanah" ujar Lucia sambil tersenyum manis dan meletaka busur dan panahnya di meja yang ada di dekatnya. Lalu memberi hormat pada raja dan ratu. 

"Apa yang kau katakan anakku" tanya ratu memastikan. Lucia mentap ibu dan ayahnya dengan tatapan lembut. 

"Ibu, ayah... Izinkan aku untuk mengecek tempat itu. Aku ingin memastikannya dengan mata dan kepalaku sendiri" Kata Lucia, tegas. 

"Ta-tapi Lucia itu sangat berbahaya" kata raja khawatir. 

"Itu benar sayang, ibu tidak mau kau terluka" timpal ratu. 

"Tenang saja ayah ibu, aku bukan anak kecil lagi. Dan aku juga di lahirkan untuk menjaga kerajaan ini, kan? Biar aku mengeceknya. Aku sudah 17 tahun dan cukup kuat untuk melawan musuh" raja menatap mata Lucia dalam. Mata itu tidak ada tanda-tanda keraguan saat Lucia mengatakan hal itu, di matanya yang terlihat hanya tekat. Raja berfikir sejenak, lalu menghela nafas panjang. 

"Baiklah kau pergi" Lucia terbelak tak percaya dan menatap ayahnya dengan tatapn berbinar-binar. "Su-sungguh" 

"A-apa sayang tidak-tidak itu terlalu bahaya untuk Lucia" protes ratu, dan Lucia langsung menatapnya dengan tatapn memohon. "Lucia ini bukan permainan!!" bentak ratu. "Kau tidak tau bagaimana bahaya yang mengancammu di luar sana" 

"Sayang... Lucia akan membaya 2 orang ksatria yang akan menjaga selama di sana" kata raja bijak. 

"Ayah" 

"Tapi sayang" 

"Tidak apa-apa Lucia sudah dewasa, biar di melakukan apa yang dia mau, kelak dia akan menjadi ratu di kerajaan ini, dan putri kita cukup kuat" raja menatap wajah Lucia sambil tersenyum, dan Lucia mengangguk dengan cepat. 

"Ba-baik aku akan melakukan yang terbaik ayah" kata Lucia lalu pergi meninggalkan ruangan itu sambil membawa panah dan busurnya. 

Kingdom of the wind. 

Akademi militer, 11:26 am. 

"Dasar" dengus Arthur. "Ini sudah ke 5 kalinya kau telat... Untuk bulan ini" kata Arthur pada teman masa kecilnya sedang mengepel aula depan. 

"Aku sudah bilang tadi, aku menolong bibi penjual sayuran" kata Ackley yang terus mengepel lantai. "Dan Sir Harris tidak percaya, lalu menghukumku mengepel lantai aula yang kelewatan luas ini" Ackley mengembungkan pipinya. 

"Hahahahaha" tawa Arthur dan itu membuat Ackley semakin kesal. "Sudahlah lakukan dengan benar" 

-Tap..tap..tap- 

"Ackley! Arthur!" seru Lucia. 

Kedua orang itu menoleh ke arah sumber suara dan Lucia sedang berlari ke arah mereka. 

"Putri kalau lari seperti kau bisa" perkataan Arthur terpotong saat Lucia terpeleset lantai yang licin. Dengan cepat Ackley menangkapnya. Tangan kiri Ackley memegang tongkat pel, dan tangan sebelah kanannya memeluk Lucia menahannya agar tidak jatuh. 

"A-a-a" muka Lucia bersemu merah. Ackley menatapnya dengan tatapan khawatir. Dan Arthur melihat kejadian itu hanya membatu. Dengan cepat Lucia melepaskan pelukan Ackley dan mengatur nafasnya. 

"Ka-ka-kalian i-i-i-i-ikut aku!" serunya dengan wajah yang masih bersemu merah. Arthur tersadar karena teriakan Lucia. Mereka berdua menatapnya dengan tatapan heran. Dengan cepat Lucia menarik tangan mereka berdua dan mulai berlari. 

"A-aku tidak bisa jelaskan!" serunya lagi. "Tapi kalian harus ikut aku" perintahnya. 

"Tunggu aku sedang mengepel aula ini" kata Ackley yang masih memegang tongkat pel. 

"A-aku harus mengembalikan buku yang kupinjam" kata Arthur yang mukanya memerah karena tangannya di pegang oleh Lucia. 

"Diam!!" bentak Lucia. Mereka berdua diam. "Ini penting" 

Mereka bertiga berlari menuju keluar pintu keluar aula. Dan Ackley masih memegang tongkat itu. 

-Chap 3: Top hat, end- 
"Pria aneh itu yang menggunakan top hat"

No comments:

Post a Comment