WelCome To My Blog

... this is my firts blog ...
my fantasy story...
Eltier ...
i hope you all like it... :)
and If you like... wait ... all edition of Eltier Story...
Please enjoy it... thanks ...
please comment it... tnx

Thursday 4 April 2013

CHAP 4


Kingdom of the wind. 

Akademi militer, 11:30 am. 


"OI, Ackley apa pergerjaanmu sudah selesai" seru seorang pria tua, yang hampir seluruh rambutnya putih. 

"Ackley" panggilnya lalu masuk ke dalam aula yang luas itu, dengan dominan warna putih. "Ackley" panggilnya lagi. 

-Siiing- 

Ruangan besar itu kosong, dan hanya ada sebuah ember. Pria itu melihat sekitar, mencari seorang pemuda dengan rambut hitam. Yang seharusnya sekarang sedang mengepel lantai. 

"ACKLEY!!!" teriaknya. 

... 

"HUACHUU!!" bersin Ackley. 

"Kau kena flu Ackley??" tanya Arthur. 

"Tidak aku merasa ada yang sedang membicarakanku" ucap Ackley sambil mengosok hidungnya. 

Hutan terlarang. 

"Huh" dengus seseorang. "Lamaa" seorang wanita berambut merah ikal keluar dari balik salah satu pohon. Di tangan kanannya terdapat kipas dengan corak mawar. 

"Nona Sophia anda sudah datang ternyata khu..khu..khu.. Maaf...maaf" kata pria dengan topi aneh itu. 

"Aku lihat kau sudah melakukan perkerjaanmu dengan baik. Joseph" puji wanita itu. 

"Khu..khu..khu tentu saja" seringainya "Kau pasti tidak akan percaya dengan yang ku temukan tadi" ucapnya. 

Wanita itu meliriknya dengan tajam, membuat Joseph mengeluarkan keringat dingin. 

"Ya-ya tadi aku menemukan seorang anak laki-laki" ucapnya tergagap sambil merapikan dasi kupu-kupu merahnya yang miring. "Dan anak laki-laki memilikin darah salamander. Ya... Walaupun itu dalam jumlah yang dikit" 

-Wussh- 

Setangkai bunga mawar melesat melewati kepalanya dan menamcap tepat pohon yang ada di belakang Joseph. 

"Jangan melakukan hal aneh-aneh dengan anak itu, raja akan sangat senang mendengarnya" ucap Sophie dingin. Joseph menelan ludahnya. Dan Elvis juga. "Kalau kau melakukan hal aneh" Sophie melirik Elvis tajam. "Akan ku bunuh topi bodoh mu itu" ucapnya dingin. 

"Dan aku jadi ingin mencicipinya, fu..fu..fu.." Sophie menjilat bibir bawahnya. 

Joseph memeluk Elvis dengan erat. Wajahnya sudah pucat. 'Se-seram' batinya. 

Kingdom of the wind. 

Gerbang Utara 11 Desember, 12:00 am. 


"Ti-tidak mungkin" 

"Gerbang Utara" 

"Hancur" Lucia menatap sendu, puing-puing yang ada di depannya. 

-Eltier, chap 4: Show Time- 

flash back. 

"Anu... Putri Lucia, sebenarnya kita mau kemana ya?" tanya Ackley. Lucia berbalik dan tersenyum. 

"Kalian berdua" tunjuknya pada Ackley dan Arthur bergantia. Mereka berdua menatapnya dengan tanda tanya. 
"Kalian akan menjadi pengawalku" ucapnya bangga. 

"Heh?!" teriak mereka berdua. 

Lucia mengangguk. 

"Ya..ya.. Cepat-cepat ambil pedang kalian, kita akan ke gerbang Utara" kata Lucia "Kita berkumpul lagi di sini dan Ackley jangan bawa tongkat pel itu" Lucia menunjuk tongkat pel yang dari tadi di bawa Ackley sampai keluar area akademi. 

"Ten-tentu saja aku lagi menjalankan hukuman tadi!!" teriak Ackley yang wajahnya merah. Malu. 

Dan Lucia semakin bersemangat untuk menggodanya. 

"Ackley mukamu merah loh... Hahahaha" 

"Dasar" kata Arthur pelan lalu pergi meninggalkan kedua orang itu. 

Flash back end. 

Kingdom of the wind. 

Gerbang Utara, 12:00 am. 

"Tidak mungkin, siapa yang melakukannya" geram Ackley. 

"Dari kabar yang kudengar tadi, 5 ksatria yang di kirim beberapa jam yang lalu hilang dan 120 prajurit tewas di tempat ini, dan mereka semua tewas dengan mengenaskan" jelas Arthur, dan itu membuat Ackley semakin marah. 

"Tidak bisa di maafkan!!!" serunya. "Akan kutemukan orang itu" Ackley mengeluarkan pedangnya. 

"Tunggu dulu" halang Arthur. "Kita harus memeriksa tempat ini dulu, putri tetap berada di belakang Ackley, aku akan memriksa sekeliling" Arthur berjalan mendahului mereka. 

'Aku merasakan hal aneh di sekitar sini' pikir Arthur. 

Arthur berbalik untuk menatap mereka "Kalian berdua jangan sampai terpisah" 

"ARTHUR AWAS!!!" teriak Lucia. 

Monster berbentuk jamur keluar dari tanah, dan mulai menyerang Arthur. 

Belum sempat Arthur mengelak monster itu mengeluarkan semacam cairan berwarna hijau dari mulutnya. 

Ackley menarik tangan Arthur, dan melemparnya kesamping. Mereka berdua tersungkur di tanah (salju) sehingga cairan itu tidak mengenai mereka. 

-Wussh- 

Beberapa anak panah mengenai wajah monster itu. Dari jauh Lucia membidik monster itu. Dan anak panah itu mengenai mata monster itu. Sehingga kedua orang itu mempunyai waktu untuk menghindar. Dan memasang posisi bertarung. 

Ackley menghempaskan satu serangan dan membuat monster itu terbelah menjadi dua. 

"Ackley di depanmu" seru Arthur. Beberapa monster jamur muncul dari tanah dan sekarang jumlahnya puluhan. Dari jauh terlihat siluet laki-laki yang menggunakan topi. 

"Khu..khu..khu setelah 5 orang menyebalkan itu, 3 orang anak kecil muncul khu..khu.." monster-monster itu mulai menyerang Arthur dan Ackley. Dengan santai pria itu berjalan menuju Lucia. 

Pria itu melepaskan topinya berlutut di depan Lucia. "Perkenalkan putri aku Joseph dan dia Elvis".
"A-apa yang..." Joseph memegang tangan kanan Lucia dan menjilatnya. Sontak Ackley dan Arthur terkejut dan berusaha mendekati Lucia tapi beberapa monster menghalangi jalan mereka. 

Lucia menarik tangannya dengan jijik, dan mengelapnya di gaunnya. "APA YANG KAU LAKUKAN!!!" bentaknya. Di tatapnya orang itu dengan tatapan jijik. 

"Aku tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh kok" seringainya. "Tapi itu mungking terjadi khu..khu..khu.." dengan cepat Lucia mengambil beberapa anak panah dan membidiknya tepat di wajah Joseph. 

"Kalau kau berani menyentuhku dengan tangan kotormu itu, aku akan membunuhmu Sir!!" ancamnya, mata violet itu memancarkan kemarahan. Pria itu mundur 2 langkah dan mengangkat tangannya, dan seringainya semakin lebar. 

"Well, putri sepertimu ternyata agak mengerikan juga khu..khu..khu" ucapnya dan Elvis mulai menjilat bibir bawahnya. "Tenang Elvis nanti kau bisa mencicipinya juga" Lucia menatapnya dengan waspada, kapan saja dia bisa menembakan ke 2 dua anak panah itu. 

"Ja-jangan macam-macam" desis Lucia badanya sedikit bergetar karena ketakutan. 

Joseph itu berjalan mengelilinginya dan melihatnya dari atas sampai bawah. 

"Kau lumayang untuk seorang anak kecil khu..khu..khu.." ucapnya sambil menjilat bibir bawahnya. "Berapa banyak uang yang akan ku dapat jika menjualmu khu..khu..khu.." jarinya menyentuh dagu Lucia dengan cepat Lucia melepaskan anak panah itu. Tapi Elvis berhasil menangkisnya dengan lidahnya. 

"Tidak secepat itu putri" katanya lalu di tariknya ke dua tangan Lucia kebelakang dengan menggunakan tangan kirinya dan mengungcinya. Sehingga posisi Lucia membelakanginya. "Khu..khu..khu.. Di luar dugaan kau manis juga kalau di lihat dengan dekat" 

"APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN PUTRI!!" teriak Arthur, wajah dan tubuhnya penuh dengan luka-luka dan pedangnya sudah berlumuran dengan cairan aneh berwarna biru. 

"Art..hur hiks..." airmata mulai keluar dari sudut mata Lucia saat Lucia menatap Arthur yang sudah terluka. 

"Cih!" decak Joseph "Kau berhasil membunuh beberapa monsterku yang cantik, ku akui kau hebat tapi" seringai di wajahnya semakin lebar dan mata merahnya menyalah "Kau tidak akan sanggup melawan yang ini, Elvis!!" serunya, Elvis mengeluarkan spora dari dalam mulutnya. Spora-spora yang berwarna kuning itu berkumpul di langin lalu bersatu menjadi satu. Dan sebuah siluet monster jamur yang sangat besar terilihat. Monster itu muncul kedua tangannya sangat besar, dan berkuku tajam, tarinya juga terlihat lebih runcing dan tajam, kaki-kakinya (akar) menancap di tanah. Monster itu mengeluarkan suara erangan yang kuat. 

"A-apa" mata Arthur terbelak tak percaya. 

Monster itu menyerang Arthur, dan Arthur berhasil mengelak. 

"Khu..khu..khu.. Kau lihat dia adalah monsterku yang paling cantik" ucapnya, lalu melirik ke arah Lucia yang mulai menagis. "Wah..wah.. Kemana kemarahanmu yang tadi putri?" tanyanya. Lucia memalingkan wajahnya. Tidak menjawab. 

"khu..khu..khu.. Keras kepala" tangan kiri Joseph yang 'Bebas' menarik wajah Lucia sehingga mata mereka bertatapan. Mata violet Lucia menatap mata merahnya dengan penuh kebencian. "Apa maumu?" desisnya perlahan airmata turun daru sudut matanya. 

"Mauku??" wajah Joseph terlihat berfikir dan itu membuat Lucia muak. 
... 

Monster itu mulai menyerang Arthur, Arthur menangkis serangan monster itu dengan pedangnya, sesekali dia melirik Ackley yang masih sibuk bertarung dengan monster-monster jamur yang lain. Wajahnya terlihat sangat lelah. 

'Cih.. Apa yang harus ku lakukan kalau seperti ini terus putri Lucia...' Arthur tersadar dari lamunannya saat monster itu membuat ancang-ancang untuk melancarka serangan selajutnya. 'Haruskah aku menggunakan itu' batinya. 

"Arthur!!" teriak Ackley, Arthur menoleh ke arah Ackley "Kau urus monster itu, aku akan menolong putri" lanjutnya dan langsung berlari menebas beberapa monster untuk membuka jalan. Arthur mengangguk tanda mengerti dan kembali melakukan duelnya dengan monster itu. 

... 

Joseph menjilat air mata yang keluar dari sudup mata Lucia. Dan Lucia merasa jijik dan berusaha untuk melawan orang yang sedang melakukan hal tercela padanya. "Hahahaha" tawa Joseph "Percuma saja melawanku" bisiknyanya. 

"A-apa" 

-Crassh- 

Cairan berwarna merah kental keluar dari tangan sebelah kanan Joseph, Lucia terkejut melihat hal itu dan di belakang Joseph Lucia melihat Ackley yang memegang pedangnya yang sudah berlumuran darah. 

"Ackley..." 

"Huh! Ternyata kau hebat 'salamander' " seringan di wajahnya memudar, dan dia melepaskan Lucia lalu mendorongnya. Dengan cepat Ackley menangkapnya. 

"Putri kau tidak apa-apa" tanyanya, Lucia mengangguk dan mulai terisak. Ackley memeluknya untuk menengkannya. "Sudahlah... Aku ada di sampingmu" ucapnya lembut. Lalu mengendong Lucia dengan gaya Bridal style.
"Tenang aku bersamamu.." ucap Ackley yang masih menggendong Lucia dan membawanya jauh dari Joseph. 

"Khu..khu..khu... Dasar bocah" Joseph memegang tangan kanannya yang telah terpotong. 

... 

Ackley menyembunyikan Lucia di balik salah satu reruntuhan bangunan. Ackley berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan wajah Lucia "Putri tunggu di dini aku akan kembali" kata Ackley. Lucia tertunduk dan terisak badanya bergetar. Ackley mengelus kepala itu lembut. "Tenanglah aku akan segera kembali.." Ackley berdiri dan mengambil pedangnya, Lucia menarik ujung jubahnya. 

"Ber-berjuanglah.." ucap Lucia sambil tersenyum, jejak airmata terlihat jelas di wajahnya. Ackley balas tersenyum dan mengelus kepalanya. Lagi. "Iya aku akan berjuang" 

... 

"Khu..khu..khu.. Bocah sialan" ucapnya sambil memegang tangan kanannya yang terus mengeluarkan darah. Membuat salju yang ada di bawahnya menjadi merah. Wajah Elvis terlihat khawatir. "Khu..khu..khu.. Setelah ku temukan akan kubunuh salamander itu" seringainya. 

Elvis membuka mulutnya mengatakan sesuatu. "Hah! Kau benar Elvis, nona Sophie akan membunuhku juga jika aku membunuhnya" wajah pucatnya terlihat semakin pucat. "Tapi tetap saja.." ucapnya. Elvis membuka mulutnya lagi. "Iya..iya aku tau, aku juga tidak mau kalau kau terbunuh. Elvis" 

Langkahnya terhenti saat dia melihat tangan yang tertimbun salju. "Itu dia" ucapnya lalu dengan cepat di ambilnya 'Tangannya'. 

Elvis membuka mulutnya dan Joseph memasukan tangganya yang terpotong tadi, Elvis mengunyahnya dengan cepat. Joseph mengarahkan tanganya tepat di wajah Elvis, Elvis mengeluarkan serbuk berwarna merah, dengan cepat dari tempat yang terpotong itu muncul daging-daging baru, lalu membentuk sebuah tangan yang baru. Joseph menggerakannya, senyuman muncul di wajahnya. 

"Khu..khu..khu.. Kau hebat Elvis, sekarang kita pergi ke tempat anak yang sedang melawan ratu jamurku, aku agak khawatir dengannya khu..khu.." 
... 

"Sial.." decak Arthur. Beberapa monster jamur mengepungnya. Dan monster-monster itu melindungi monster yang lebih besar itu. Ratu jamur. 

"Ini terlalu banyak" Arthur menangkis serangan salah satu monster jamur. 

"Art!!" seru Ackley menebas monster-monster itu dan berlari menuju Arthur. Sontak Arthur terkejut melihatnya. 

"Apa yang kau lakukan?!!" bentaknya "Bagaimana dengan putri" Arthur menusuk monster jamur yang ada di depannya. Dan menyabut pedangnya kembali. 

"Tenang saja aku sudah menarunya di tempat yang aman" ucap Ackley yang langsung terfokus dengan monster di depannya. Arthur menghela nafas lega. 

"Syukurlah.." Arthur mengeluarkan buku dari balik jubahnya. Sambil menangkis serangan monster-monster itu Arthur mulai membaca halaman yang sudah di tandainya. Ackley menatapnya dengan tatapan tidak percaya. 

"Art.. Apa kau..." lingkaran sihir muncul di tiap badan monster-monster itu. Arthur mulai membaca mantra kuno. Listrik muncul dari lingkaran sihir itu, membuat monster-monster tersengat dengan tegangan yang cukup kuat. Saat itu semua selesai. Yang tercium hanya bau gosong. Dan monster-monster ambruk di salju dengan keadaan hangus. 

Ackley menatap takjub ke arah Arthur. 

"Hebat" serunya "Kau benar-benar hebat Art" pujinya sambil mengacungkan jempolnya. 

"Jangan senang dulu" ucap Arthur "Kita masih harus melawan monster yang satu ini" Arthur menunjuk monster yang ukurannya 5x lebih besar dari pada monster yang tadi. Ackley mengaga melihatnya. 

"Monster macam apa itu?!!!" teriaknya. Sambil menunjuk-nunjuk monster itu dengan pedangnya. 

"Khu..khu..khu kau baru melihatnya bocah salamander khu..khu..khu.." Joseph muncul dari balik monster itu, di kedua tangannya memegang pistol AK-47. 

"Khu..khu..khu.. Bocah sialan dan bocah salamander kalian akan mati di tanganku" ucapnya. 

Elvis membuka mulutnya mengatakan sesuatu yang tidak di mengerti oleh Arthur dan Ackley. 

"Iya..iya aku ingat Elvis, aku tidak akan membunuh bocah salamander itu, tapi bocah sialan itu" ucapnya, lalu Elvis tersenyum mendengarnya. Joseph memandang Arthur sambil tersenyum lebar. 

'Salamander?" pikir Arthur. 

"Bocah sialan kau hebat juga bisa membunuh monster-monsterku dengan satu serangan sihir, kau hebat juga.." senyumannya berubah menjadi seringai yang licik. "Ini baru akan di mulai.." Joseph mengarahkan pistol. 

"Is.. Show time" 

-DOR!- 

-Chap 4: Show time, end- 

"Senang memainkan peran orang lain di kehidupan sendiri, adalah pertunjukan yang paling menyedihkan"

Monday 1 April 2013

CHAP 3


Kingdom of the wind. 

Gerbang Utara 11 Desember, 07:30 am. 

Bulan sudah berganti dengan matahari. Cahaya dari sang surya membuat salju menjadi agak mencair. 

Tempat yang tadinya merupakan gerbang besar dengan ukiran naga angin itu sekarang sudah tidak berbentuk. Bercak darah terlihat dimana-mana dan banyak mayat yang bergelimpangan. 

Gerbang besar itu sekarang sudah hancur, sudah menjadi puing. 

Bau amis khas darah sangat tercium di sini, salju yang tadinya putih, tertutupi oleh cairan kental berwarn merah. Sisa-sisa danging dari para prajurit yang tewas, menjadi santapan monster-monster itu, tersebar di mana-mana. 

Seorang pria dengan topi aneh berdiri di antara puing-puing bangunan itu dan mayat. Monster-monter jamur yang ia keluarkan sekarang sudah berubah menjadi spora-spora yang bertebaran dimana-mana. 

"Kau lihat Elvis, pemandagan ini sangat indah" kata pria itu. "Khu..khu..khu.. kalau raja mengizinkan aku akan membantai kerajaan ini dalam 1 malam" pria itu mengangkat tanganya tinggi-tinggi dan mulai tertawa dengan gila. "Dengan begini, kerajaan kegelapan akan menguasahi ke-6 kerajaan". 

Elvis yang tadi hanya tersenyum sekarang ikut tertawa. Setelah puas tertawa, pria itu menjilat tangannya yang sudah berlumuran dengan darah yang mulai mengering. "Ini adalah kemenanganku khukhukhu". 

"Sekarang kita harus pergi untuk melihat-lihat khu..khu..khu" pria aneh itu berjalan menuju kota angin. 

Sebuah bayang hitam dari balik salah satu pohon yang ada di hutan sedang memperhatikannya di tangannya terdapat sebuah pedang. 

"A-aku harus memberitahu raja" 

Kingdom of wind. 
Green fairy palace, 09:00 am. 

"A-apa i-ini tidak mungkin, bagaimana kita bisa..." 

"Yang mulia raja, kerajaan kita sudah kehilangan sedikitnya 120 prajurit dalam satu malam" jelas penasehat kerajaan. Duke. 

"Bagaimana dengan orang di balik semua ini" tanya raja wajaha terlihat sengat marah sekarang. 

"Dia sudah melarikan diri, dan yang di temuka di sana hanyalah spora jamur" jawab Duke. 

Raja benar-benar sangat marah tapi dai berusaha untuk bersikap tenang. "Kau sudah mengirim beberapa prajuritkan? Untuk membersihkan semua kekacauan itu." tanya raja. 

"Iya" 

"Apa ada seseorang yang selamat atas kejadian itu" 

"Ada, seorang prajurit muda. Sekarang dai sedang di berikan beberapa pertanyaan oleh bagian keamanan kerajaan" jawab Duke. 

"Bagus. Jangan sampai hal ini terdengar oleh para penduduk. Jaga di sepanjang jalan menuju gerbang Utara. Kita tidak boleh membuat yang lain panik" perintah raja. 

"Baik" 

"Apa ada laporan terbaru" 

"Belum, ke 5 ksatria yang di tugaskan untuk mengecek selurus penjuru gerbang Utara belum kembali" Duke menghela nafas panjang. " Tapi para prajurit yang sudah di kirim tadi sudah kembali dan membawa 120 mayat" Duke menatap wajah raja, raut wajahnya terlihat sedih "Tapi... Ke 120 mayat di temukan dengan anggota tubuh yang tidak sempurna..." 

-Eltier, chap 3: Top hat- 


Kingdom of the wind. 

Kota angin, 09:15 am. 

"Ackley terimaksih kau sudah membantuku untuk hari ini" Kata seorang pedagang sayur yang sedang memperhatikan perkerjaan Ackley. 

"Hehehe, tidak apa-apa aku senang bisa membantu bibi" kata Ackley sambil mengangkat beberapa kotak yang berisi sayuran. Lalu menarunya bersama tumpukan kotak-kotak yang lain yang sudah tertata. 

"Walaupun hari ini cerah, tetap saja dingin, belilah beberapa makanan hangat. Nah! Ini upah untukmu" kata bibi itu dan memberikan beberapa uang pada Ackley. 

"Wah! Terimaksih bi" seru Ackley sambil tersenyum lebar. 

"Hahaha sama-sama" 

"Aku pergi dulu ya bi" Ackley pergi berjalan meninggalkan pedagang itu. 

Kota angin, adalah ibu kota kerajaan angin. Kota yang paling besar berada di bagian Utara kerajaan angin, dekat dengan istana (Green fairy palace) kota subur dengan prioritas penduduk terbanyak di bandingkan kota-kota yang lain. Hari ini orang-orang sudah mulai melakukan aktivitasnya, sehingga sepanjang jalan penuh dengan orang-orang yang melakukan perkerjaannya. 

Gerbang Utara berada jauh dari kota sehingga belum ada penduduk yang mengetahui pembantaian itu. 

Ackley berlari menuju akademi kemiliteran, yang jaraknya agak jauh dari tempatnya berada, sesekali dia meminta maaf karena menabrak seseorang. Habis mau gimana lagi, dia sudah telat untuk mengajar para adik kelas. Dan dia panti bakalan di 'sebur' sama Sir Harris. 

-Brukk- 

Karena berlari tampa sada Ackley menabrak orang di depannya hingga jatuh ke salju dan topi yang di gunakan pria itu terjatuh di salju. Dengan cepat Ackley membantu pria itu berdiri dan memumut topinya. 

"Ma-maafkan aku tuan, aku sedang bururu dan aku tidak sengaja menabrakmu" kata Ackley sambil memberikan topi itu kepada pemiliknya. Sambil tersenyum lebar pria itu mengambil topinya lalu menggunakannya. Ackley bisa melihat mata merahnya dengan jelas. Pria itu pergi tampa mengatakan apa-apa. 

Ackley menatap punggungnya dengan tatapan heran. 

"Orang aneh" guman Ackley, lalu kembali melanjutkan perjalanannya.
"Ternyata masih ada salamander di dunia ini, khu..khu..khu" seringai pria itu. 

Kingdom of the wind. 

Green fairy palace, 11:00 am. 


"Jadi orang-orang itu belum kembali" tanya raja. 

"Ya, yang mulia. Dan perasaan saya tidak enak dengan ini" jawab Duke. 

"Bagaimana ini sayang, ini benar-benar tidak beres" kata ratu yang berada di sebelah raja. "Apa kita harus mengirim orang lagi, untuk memastikannya" 

"Ku rasa iya yang mulia ratu" kata Duke. 

"Kalau kalian tidak keberatan biar aku yang pergi" Lucia memasuki ruangan besar itu, sambil membawa busur dan panahnya. Lucia tidak munggunakan gaun yang biasanya, dia menggunakan gaun kuning yang lebih simpel dengan pelindung di bagian dadanya, rok gaun itu lebih pendek hingga sebatas lutut, sehingga memperlihatkan kedua kakinya yang menggunakan sepatu boot kulit. Rambut silver panjangnya juga di ikat satu dengan pita kuning. Agar mudah bergerak. 

"Maafkan aku karena berpenampilan seperti ini, tadi aku mengajar anak-anak perempuan di akademi, memanah" ujar Lucia sambil tersenyum manis dan meletaka busur dan panahnya di meja yang ada di dekatnya. Lalu memberi hormat pada raja dan ratu. 

"Apa yang kau katakan anakku" tanya ratu memastikan. Lucia mentap ibu dan ayahnya dengan tatapan lembut. 

"Ibu, ayah... Izinkan aku untuk mengecek tempat itu. Aku ingin memastikannya dengan mata dan kepalaku sendiri" Kata Lucia, tegas. 

"Ta-tapi Lucia itu sangat berbahaya" kata raja khawatir. 

"Itu benar sayang, ibu tidak mau kau terluka" timpal ratu. 

"Tenang saja ayah ibu, aku bukan anak kecil lagi. Dan aku juga di lahirkan untuk menjaga kerajaan ini, kan? Biar aku mengeceknya. Aku sudah 17 tahun dan cukup kuat untuk melawan musuh" raja menatap mata Lucia dalam. Mata itu tidak ada tanda-tanda keraguan saat Lucia mengatakan hal itu, di matanya yang terlihat hanya tekat. Raja berfikir sejenak, lalu menghela nafas panjang. 

"Baiklah kau pergi" Lucia terbelak tak percaya dan menatap ayahnya dengan tatapn berbinar-binar. "Su-sungguh" 

"A-apa sayang tidak-tidak itu terlalu bahaya untuk Lucia" protes ratu, dan Lucia langsung menatapnya dengan tatapn memohon. "Lucia ini bukan permainan!!" bentak ratu. "Kau tidak tau bagaimana bahaya yang mengancammu di luar sana" 

"Sayang... Lucia akan membaya 2 orang ksatria yang akan menjaga selama di sana" kata raja bijak. 

"Ayah" 

"Tapi sayang" 

"Tidak apa-apa Lucia sudah dewasa, biar di melakukan apa yang dia mau, kelak dia akan menjadi ratu di kerajaan ini, dan putri kita cukup kuat" raja menatap wajah Lucia sambil tersenyum, dan Lucia mengangguk dengan cepat. 

"Ba-baik aku akan melakukan yang terbaik ayah" kata Lucia lalu pergi meninggalkan ruangan itu sambil membawa panah dan busurnya. 

Kingdom of the wind. 

Akademi militer, 11:26 am. 

"Dasar" dengus Arthur. "Ini sudah ke 5 kalinya kau telat... Untuk bulan ini" kata Arthur pada teman masa kecilnya sedang mengepel aula depan. 

"Aku sudah bilang tadi, aku menolong bibi penjual sayuran" kata Ackley yang terus mengepel lantai. "Dan Sir Harris tidak percaya, lalu menghukumku mengepel lantai aula yang kelewatan luas ini" Ackley mengembungkan pipinya. 

"Hahahahaha" tawa Arthur dan itu membuat Ackley semakin kesal. "Sudahlah lakukan dengan benar" 

-Tap..tap..tap- 

"Ackley! Arthur!" seru Lucia. 

Kedua orang itu menoleh ke arah sumber suara dan Lucia sedang berlari ke arah mereka. 

"Putri kalau lari seperti kau bisa" perkataan Arthur terpotong saat Lucia terpeleset lantai yang licin. Dengan cepat Ackley menangkapnya. Tangan kiri Ackley memegang tongkat pel, dan tangan sebelah kanannya memeluk Lucia menahannya agar tidak jatuh. 

"A-a-a" muka Lucia bersemu merah. Ackley menatapnya dengan tatapan khawatir. Dan Arthur melihat kejadian itu hanya membatu. Dengan cepat Lucia melepaskan pelukan Ackley dan mengatur nafasnya. 

"Ka-ka-kalian i-i-i-i-ikut aku!" serunya dengan wajah yang masih bersemu merah. Arthur tersadar karena teriakan Lucia. Mereka berdua menatapnya dengan tatapan heran. Dengan cepat Lucia menarik tangan mereka berdua dan mulai berlari. 

"A-aku tidak bisa jelaskan!" serunya lagi. "Tapi kalian harus ikut aku" perintahnya. 

"Tunggu aku sedang mengepel aula ini" kata Ackley yang masih memegang tongkat pel. 

"A-aku harus mengembalikan buku yang kupinjam" kata Arthur yang mukanya memerah karena tangannya di pegang oleh Lucia. 

"Diam!!" bentak Lucia. Mereka berdua diam. "Ini penting" 

Mereka bertiga berlari menuju keluar pintu keluar aula. Dan Ackley masih memegang tongkat itu. 

-Chap 3: Top hat, end- 
"Pria aneh itu yang menggunakan top hat"

Tuesday 26 March 2013

CHAP 2


Kingdom of the wind. 

Mansion keluarga Dwayne 10 Desember 20:15 pm. 


"Hei, Art kau ingat tidak, dengan gadis yang manis memiliki mata pink itu" tanya Ackley pada Arthur yang sedang sibuk membaca buku di sofanya. 

Sekarang mereka berdua sedang berada di kamar Arthur, seperti biasa Ackley memutuskan untuk menginap di rumah Arthur entah apa alasannya. 

"Hn" respon Arthur singkat. 

Ackley hanya mendengus sebal. Kemudian dia berjalan menuju rak buku dan menggambil sebuah album foto tua bersampul merah. 

Dan membalik halaman demi halaman. 

"Maksudmu Zeraida" jawab Arthur, yang sekarang sudah selesai membaca bukunya dan menghampiri Ackley. 

Lalu mengambil album foto itu dan membalik halamannya. Mencari sebuah foto. 

"Ah! Iya entah mengapa tiba-tiba saja aku teringat dengannya" kata Ackley dengan wajah agak merona. 

"Hm" respon Arthur lagi. "Ini..." Arthur menunjukan sebuah foto. 

Di foto itu ada 4 orang anak kecil, dan ke tiga dari anak kecil itu adalah Arthur, Ackley dan Lucia. Lalu gadis manis dengan mata pink itu sedang menggendong anak kucing hitam. 

"Ah" seru Ackley sambil merebut foto itu. "Ini dia, lagi-lagi sedang menggendong anak kucing hitam itu, hahahaha" 

"Kucing hitam... Black cat" kata Arthur pelan, sambil menatap keluar jendela yang sudah gelap dengan bulan dan bitang yang menghiasinya. 'Entah mengapa aku jadi teringat sesuatu' batin Arthur. 

-Eltier, Chap 2: Mask- 

Kingdom of oceans. 
Desa bagian timur (Desa Nelayan) 10 Desember, 20:30 pm. 

Bayangan, terlihat bayangan hitam yang bergerak dengan cepat, sekilas terlihat kuping kucing yang mencuat dari balik jubah itu, orang misterius yang menggunakan 'topeng kucing' dan jubah hitam itu berlari melewati beberapa bangunan padat penduduk, meloncati seriap atap rumah, gerakannya sangat licah, seperti kucing hitam (Black cat). 

Di depan terlihat seseorang dengan jubah yang berwana biru tua. 

Si topeng kucing berhasil mendahului si jubah-biru-tua. 

"Mau kemana kau" kata si topeng kucing saat menghalangi jalan orang berjuba-biru-tua. 

"Ck!" orang itu berdecak sebal. 

"Apa yang kau mau 'Black cat' " lanjutnya sambil mengeluarkan belati dari balik jubahnya. 

"Kau mau melawaku?" tanya 'Black cat' atau si topeng kucing. 

Tampa aba-aba si jubah-biru-tua mengayunkan belatinya dengan cepat. 

"Rasakan ini!!" serunya. 

-WUUSH!!- 

-TRAANG!!- 

"Terlalu cepat 100 tahun untuk mengalahkanku" kata Black cat, sambil menangkis belati si jubah-biru-tua dengan kedua pedang pendeknya. 

Si jubah-biru-tua kembali mengayunkan belatinya dengan brutal, dan kembali di tangkis oleh black cat. 

-TRAANG!!- 

Pisau belati itu melayang saat pedang pendek itu menghatamnnya. 

"Sial" gerutu si jubah-biru-tua, saat dia lengah dengan sekuat tenaga black cat melayangkan pukulannya dan tepat mengenai perut orang-berjubah-biru-tua itu. 

"UKH!! Apa yang..." ringis orang itu. 

"Hei... Cepat katakan padaku, dimana 'itu' " tanya black cat. 

"Aku tidak mengerti maksudmu" jawab si jubah-biru-tua. 

"Kau mau berpura-pura, aku tau dimana 'makhluk itu' " tanya black cat sambil menodong kan pedangnya pada di jubah-biru-tua. 

"Aku tidak!!" 

"Mana makhluk kegelapan yang kau sembunyikan itu?!" si black cat mengarahkan pedangnya tepat di leher orang itu, dan membuat luka kecil. 

"Ba-baiklah a-akan kukatakan tapi lepaskan pedang itu dari leherku" kata orang berjubah-biru-tua ketakutan. 

"Bagus" 

Kingdom of wind. 
Green fairy palace (Castle peri hijau) 10 Desember, 20:36 pm. 

"Yang mulia raja, saya baru mendapatkan pesan dari Zelraida" kata seorang pria tua sambil memasuki ruangan besar, yang hampir seluruhnya di isi dengan perabotan mahal. 

"Apa informasi yang sudah di dapat anak itu" tanya raja yang sedang menatap bulan dari balik jendela ruang kerjanya. 

"Dia mengatakan bahwa, ada seorang pria misterius dari desa nelayan (Kerajaan air) yang menjual obat aneh, dan obat itu mengandung unsur kegelapan dan kemungkinan besar pria itu memiliki monster kegelapan. Dan dia diminta tolong oleh raja kerajaan air untuk menangkap pria itu karena dia sudah membuat orang-orang menjadi gila" jelas si penasehat sambil membaca surat yang ada di tanggannya. 

"Begitu jadi mereka sudah mulai bergerak" ujar raja. "Perketat penjagaan di setiap gerbang, aku tak ingin kita ke 'colongan' " perintah raja. 

"Baik" seru si penasehat. 

Di balik pintu ruangan itu, ada seseorang yang sedang menguping pembicaraan mereka. 

"Lagi-lagi akan ada perang..."
Kingdom of the ocean. 
Desa nelayan 10 Desember 23:00 pm. 

"Jadi... Ini makhluknya" tanya black cat ragu pada laki-laki berjubah-biru-tua yang sekarang sudah di ikatnya. 

Makhluk kegelapan yang berbentuk seperti jamur beracun, dengan motif polkadot dengan warna biru, dan merah. Makluk itu terlihat agak manis dengan mata besar yang berbinar. 

"Ya! Tentu saja, dan banyak orang yang berani membayar mahal untuk makhluk ini" kata jubah-biru-tua yang sekarang sudah melepas jubahnya, tenyata dia hanya sorang laki-laki bertubuh subur dan dia sangat hebat bisa berlari dengan cepat dengan tubuh seperti itu. 

"Hm... Dimana kau mendapatkan makhluk ini?" tanyanya mulai mengintrogasi. 

Si pria itu tidak punya pilihan lain selain menjawab. 

"Di hutan bagian barat, kerajaan api, kau taukan disitu perbatasan antara kerajaan api dan kegelepan" jawab laki-laki itu. 

"Siapa yang memberikan makhluk ini?" tanyanya lagi sambil menusuk-nusuk jamur itu tengan tongkat yang tadi di temukannya. 

"Seorang pria yang sepertinya setengah gila dengan topi aneh" 

"Sorang pria gila dengan topi aneh..." katanya mengulang kalimat laki-laki itu. "Kenapa kau mau memgambil makhluk ini apa pria itu memberika dengan cuma-cuma?" 

"Ya tentu saja, karena spora jamur ini sangat ampuh, dan menyembuhkan berbagai macam penyakit kerena jamur ini aku kaya, tapi banya sekali orang-orang yang mengincarnya" jelas laki-laki. 

"Dan apa yang dia katakan" 

"Dia bilang kau boleh mengambil jamur ini dengan cuma-cuma, lalu dia bilang spora jamur ini bisa menyembuhkan penyakit" jelas si pria itu. 

"Dan kau tau efek samping spora jamur ini?" 

"Tidak... Awalnya sekarang aku sudah tau, awalnya spora jamur meredakan rasa tsakit dan membuat senang tapi lama-kelamaan jamur ini membuatmu ketagihan dan ingin lagi dan lagi, dan banyak orang yang menjadi..." 

"Gila ya.. Aku tau itu maka dari itu akan akan menangkapmu karena ini, misi dari raja ocean" kata black cat dengan santai sambil menusuk makhluk jamur yang sebenarnya agak lucu itu dan kemudia makhluk itu menguap. 

"Kurasa aku tidak akan lari lagi" kata laki-laki itu pasrah. 

"Bagus... Dan aku punya beberapa pertanyaan lagi tentang pria setengah gila dengan topi aneh itu" katanya sambil menyeret laki-laki itu ke arah tempat pengadilan. 

Kingdom of wind. 
Gerbang bagian utara 11 Desember 01:32 am. 

"Bagaimana apa ada hal yang mencurigakan?" tanya salah satu prajurit. 

"Tidak" jawab prajurit yang lain. "Kurasa untuk saat ini" lanjutnya sambil menatap langit yang masih gelap. 

"A-apa ada yang aneh" tanya salah satu prajurit. 

"Apa yang aneh hmm... Khekhekhe" seorang pria muncul di belakang ke dua penjaga itu. 

Sontak kedua penjaga itu menoleh. 

Pria itu menggunakan 'top hat' aneh yang memiliki mulut dan taring, pria itu juga menggunakan setelan jas lengkap yang berwarna hitam, ke dua mata merah darahnya menatap kedua penjaga itu tajam. 

"Elvis, keluakan jamur-jamur manismu itu, karena ada santapan enak di sini, khekhekhe" perintah pria itu, lalu topi yang bernama Elvis itu mengeluarkan spora jamur yang berwana kuning, dari situ satu persatu monster jamur muncul. 

Bukan jamur yang berukuran kecil tapi jamur yang berukuran orang dewasa. Dengan cepat monster-monster jamur yang berjumlah puluhan itu mulai menyerang ke dua penjaga itu, para jamur itu merobek tubuh prajurit itu dengan mulutnya yang memiliki taring tajam dan beberapa di antara merobeknya dengan tangannya. 

Dan suara teriakan itu terdengar begitu lirih. 

Pria itu hanya tertawa, di iringi dengan suara beberapa prajurit lainnya. 

"Is... Show time... Khekhekhe" katanya lalu mengeluarkan dua buah pistol AK-47, dan menembak dengan brutal. 

"A-apa yang... Akh!!" 

Para jamur itu sudah membunuh para prajurit dan kesatria yang ingin membunuhnya. 

"ARG!!" 

"Cepat panggil bantuan" 

-DOR!DOR!DOR!- 

"AAAAAA!!" 

"HAHAHAHAHA..." tawanya gila. 

Topi aneh di kepalanya juga ikut tertawa sambil sesekali menjilat darah yang menyiprat. 

"Dan ingat lah... Kerajaan kegelapan mulai bergerak... khukhukhu" senyuman licik itu tidak pernah lepas dari wajahnya. 

"KERAJAAN KEGALAPAN AKAN BERJAYA, AHAHAHAHAHA..." 

-Chap 2: Mask, end- 

"Kadang wajah seseorang itu seperti topeng..."

Monday 25 March 2013

CHAP 1


Kingdom of the wind. 

10 Desember, 06:30 am. 

Udara terasa dingin, kemarin salju turun dan menutupi semua permukaan tanah menjadi putih. Saking dinginnya banyak orang yang memilih untuk tetap berada di dalam selimutnya yang hangat, atau duduk di dekat perapian sambil menikmati coklat panas. 

Tapi, udara dingin tetap tidak bisa mengusik kedua orang ini. 

-TRAANG!!- 

Suara kedua pedang yang saling beradu. 

-TRAANG!- 

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku, Ackley" 

-TRAANG!!- 

"Kita lihat saja Art..." 

-WUUSH!!- 

-TRAANG!!- 

"AKH!!" 

-BRUK!!- 

"Kau memang masih saja payah, Ackley" 

"Cih, sialan lain kali aku tidak akan kalah!!" kata Akcley yang sekarang sudah terduduk di tanah. 

"Itu sudah yang ke 10 kalinya kau berkata seperti itu" kata Arthur sambil mengulurkan tangannya pada Ackley. "Sudahlah... Di sinih dingin asal kau tau saja" lanjutnya. 

"Ck! Iya ya aku mengerti" Ackley membalas uluran tangan itu dan berdiri. Lalu mengambil pedangnya yang tertancap di salju tidak jauh darinya. 

"Ackley~ Arthur~" panggil seorang gadis dari kejahuan. Sontak kedua orang yang di panggil menoleh. 

"Putri Lucia" kata keduanya. 

"Kalian bertengkar lagi!?" tanya Lucia dengan wajah panik. 

Mereka berdua hanya memandang wajah Lucia yang panik. Bagi mereka "Wajah putri yang sedang panik itu lucu". 

"A...apa?" tanya Lucia yang wajahnya memerah karena di pandang oleh kedua orang yang ada di depannya. "Ada yang aneh di wajahku?". 

"Tidak wajahmu manis kok" puji Ackley dan itu membuat wajah Lucia semakin merah. Dan sepertinya Arthur melihat dengan wajah yang agak kesal. 

"Apa yang kau bawa putri" tanya Arthur mengalihkan perhatian mereka berdua kepada keranjang yang di bawa Lucia. 

"Ah! ini..." Lucia mengangkat keranjang itu. "Ini sarapan buat kalian, tadi bibi Dolores membuatkan ini" kata Lucia dengan senyuman yang paling manis. 

"Wah... Benarkah kebetulan perutku lapar" dengan senang hati Ackley mengambil bekal itu. 

"Moodmu itu cepat sekali berubah" kata Arthur pelan sambil memasukan kembali pedangnya ke tempatnya. 

"Ah! Art... Pipimu..." Lucia memegang pipi Arthur yang terluka, sepertinya bekas sabetan pedang Ackley tadi. "Berdarah ini harus segera di obati, apa ini sakit" tanya Lucia Khawatir. 

Wajah Arthur merona. 

"Ini... bukan... Apa-apa" jawab Arthur sambil melepaskan tangan Lucia pada pipinya. "Nanti sarung tanganmu kotor" lanjutnya. 

"Hoi kalian berdua disi dingin loh... Ayo kita kepondok itu" kata Ackley sambil menunjuk pondok yang ada di ujung sana. 

"Baiklah" Lucia berlari kecil menuju Ackley dan memeluk lengannya. Lagi Arthur memandangnya dengan perasaan kesal. 

'Lagi... Persaan aneh ini muncul' batin Arthur menatap mereka berdua, lalu mengalihkan pandangannya pada tangannya yang tadi memegang tangan Lucia. "Hangat..." katanya pelan, lalu tersenyum kecil dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. 

"Art..." panggil Lucia yang menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. 

"Art, kenapa diam ayo" kata Ackley. 

"Ah!" Arthur tesadar dari lamunannya. "Maaf, aku akan kesana" Arthur berlari menuju mereka berdua, dan meninggalkan jejak kaki di salju yang putih. 

Mereka berjalan beriringan, sepanjang perjalanan Lucia selalu memeluk tangan Ackley dan tersenyum dengan bahagia. 

Tiba-tiba saja Lucia melepaskan pelukannya dan menghentika langkahnya dan mereka menatap dengan tatapan heran. 

"Putri..." 

"Kalian tau" Kata Lucia tiba-tiba. Mereka hanya diam. "Aku..." senyuman manis terukir di wajahnya yang merona karena udara yang semakin dingin. 

"Aku... Sangat menyayangi kalian berdua, hehehe" katanya, dan itu membuat kedua orang di depannya merona dengan hebat. 

"A-APA!! Ja-jangan mengatakan hal yang bikin malu deh!!" Teriak Ackley. Dan Arthur hanya diam sambil memalingkan wajahnya yang masih merona. 

"Hehehe" cengir Lucia, kemudian dia menatap ke arah langit. "Ah! Salju..." serunya. 

Sontak ke dua orang itu menoleh ke arah langit. 

Benda putih, halus dan lembut itu membelai pipi Lucia dengan lembut, membuat sensai yang dingin di kulit. 

"Salju turun lagi..." kata Arthur. 

"Ya..." jawab Ackley singkat. 

"Aku sangat suka salju..." kata Lucia yang mengangkat kedua tangannya dan membiarkan salju itu jatuh di telapak tangannya. 

"Salju itu membuat di seluruh permukaan kerajaan menjadi putih, bersih. Seperti bayi yang baru lahir tampa dosa..." Lucia menatap kosong langit yang ada di depannya. "Seperti dunia tampa perang" katanya pelan sambil tersenyum. 

Di balik senyuman sang putri tersimpan sebuah rahasia. 

-Chap 1: Snow, end- 

"Salju yang berwarna putih dan bersih itu, bagaikan bayi yang baru lahir tampa dosa"