Kami hidup di dunia yang
penuh dengan perang...
Kami terlahir untuk berjuang menjadi yang terkuat...
Kami hanya di beri pilihan membunuh atau di bunuh...
Inilah hukum Eltier tercinta ini...
Anak-anak yang terpilih akan dijadikan kekuatan kerajaan, tidak memandang umur maupun jenis kelamin...
Kami...
Hanya bisa berjuang dan berjuang...
Inilah kisah kami...
Anak-anak terpilih dari berbagai kerajaan yang menjadi satu...
Untuk melawan kejahatan yang abadi...
Eltier...
Kingdom of the wind.
Funeral southern (pemakaman selatan), 08:00 am.
Di depan sebuah batu nisan dengan ukiran nama 'Helen Axender', berdiri seorang pemuda dengan rambut hitam dan mata berwarna biru membawa sebuket bunga yang berbentuk lonceng berwarna yang berwarna biru tua. Matanya lurus menatap batu nisan di depannya.
"Kak... Bagaimana kabarmu?"
"Hari ini aku membawakanmu bunga"
"Putri Lucia yang memetiknya tadi, warnanya sangat cantik sama seperti matamu"
"Kak... Sebentar lagi musim gugur akan berakhir, dan musim dingin akan tiba..."
"Kau tau, sejak perang 12 tahun lalu... Negara kegelapan tidak menyerang lagi... Dan ku rasa kau berhasil"
"Aku... Masih mengingatnya dengan jelas... Apa yang kau katakan waktu itu..."
Flash back.
12 tahun yang lalu...
Musim panas, 27 Agustus.
"Dengar adikku..." kata seorang gadis yang menggunakan baju zirahnya lengkap dengan jubah yang berwarna hijau.
"Suatu saat nanti kau akan menjadi pemimpin di guild ini, dan menggantikan aku. Maka dari itu jadilah kuat" kata gadis itu sambil memeluk adik laki-laki.
"Janji" di ulurkannya jari kelingkingnya yang sudah di balut dengan sarung tangan hitam.
Di balasnya jari kelingking itu.
"Ya aku berjanji dan seorang laki-laki tidak akan melanggar janjinya" serunya semangat. "Aku akan menjadi pemimpin guild ini dan menjadi kuat" ujar bocah berusia 5 tahun itu.
"Bagus" gadis itu melepaskan jarinya dan mentap wajah adikknya. "Jagalah ibu dan jadilah anak baik" di elusnya dengan lembut kepala dengan rambut yang berwarna hitam sama seperti rambutnya.
"Aku... Akan pergi sekarang" ujarnya pelan.
"Kak... Kau akan kembalikan?" tanya adikknya. Bukannya menjawab si kakak malah berjalan menuju pintu sambil menenteng pedang besarnya.
"Kak" panggil bocah itu.
Gadis dengan rambut hitam di kuncir satu itu menghentikan langkahnya dan menoleh pada adikknya.
"Aku... Menyayangimu Ackley" katanya lembut, serta dengan senyuman yang sangat tulus.
Seperti senyuman yang akan di berikan terakhir kalinya untuknya.
Gadis berbalik dan terus melangkah, tampa mempedulikan teriakan adiknya yang terus memanggilnya.
"Kakak"
"Kak"
"Kakak!!"
Flash back end.
"Aku... Benar-benar payah..." kata pemuda itu pelan suaranya terdengar bergetar. "Sampai sekarang aku tidak bisa menempati janjiku padamu..."
Mata birunya menerawang jauh.
"Aku... Payah... Padahal sekarang umurku sudah 17 tahun, kalau kau saat seumuran denganku kau sudah menggantikan posisi ayah" pemuda menghela nafas panjang.
"Dan aku, hanya seorang pecundang yang tidak bisa mengalahkan teman masa kecilnya sendiri" katanya pelan lalu tersenyum miris.
"Tapi kau adalah orang yang tidak bisa diam saat melihat orang dalam masalah" kata pemuda lainnya yang berambut blonde dengan mata secerah langit musim panas 'Azure'.
Di sampingnya seorang gadis manis berambut silver panjang berhias pita ungu dan bermata violet menatapnya dengan lembut.
"Ya... Yang dikatakan Arthur itu benar, dan kau juga sangat hebat Ackley, walaupun sampai sekarang kau belum bisa mengalahkan Arthur" kata gadis itu sambil terkikik.
Si pemuda yang di panggil Ackley tadi menoleh, dan melihat kedua teman masa kecilnya sekaligus sahabatnya.
"Putri Lucia, Art apa yang kalian lakukan di sini" tanya bingung.
"Kau lama... Makanya kami menyusul" kata Arthur sinis, sambil menyilankan kedua tangannya di depan dadanya.
Ackley tersenyum, dan berjalan mendekati mereka berdua.
"Hahahaha" tawanya lepas. "Maaf, maaf aku lupa" sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.
"Dasar"
"Jadi, ayo pergi" ajak Lucia tersenyum dengan manis dan menatap ke duanya.
"Iya" jawab mereka berdua.
-Chap 0: Prolog, end-
Di sinilah kami...
Anak-anak terpilih dari berbagai kerajaan yang menjadi satu...
Untuk melawan kejahatan yang abadi...
Eltier...
Kami terlahir untuk berjuang menjadi yang terkuat...
Kami hanya di beri pilihan membunuh atau di bunuh...
Inilah hukum Eltier tercinta ini...
Anak-anak yang terpilih akan dijadikan kekuatan kerajaan, tidak memandang umur maupun jenis kelamin...
Kami...
Hanya bisa berjuang dan berjuang...
Inilah kisah kami...
Anak-anak terpilih dari berbagai kerajaan yang menjadi satu...
Untuk melawan kejahatan yang abadi...
Eltier...
Kingdom of the wind.
Funeral southern (pemakaman selatan), 08:00 am.
Di depan sebuah batu nisan dengan ukiran nama 'Helen Axender', berdiri seorang pemuda dengan rambut hitam dan mata berwarna biru membawa sebuket bunga yang berbentuk lonceng berwarna yang berwarna biru tua. Matanya lurus menatap batu nisan di depannya.
"Kak... Bagaimana kabarmu?"
"Hari ini aku membawakanmu bunga"
"Putri Lucia yang memetiknya tadi, warnanya sangat cantik sama seperti matamu"
"Kak... Sebentar lagi musim gugur akan berakhir, dan musim dingin akan tiba..."
"Kau tau, sejak perang 12 tahun lalu... Negara kegelapan tidak menyerang lagi... Dan ku rasa kau berhasil"
"Aku... Masih mengingatnya dengan jelas... Apa yang kau katakan waktu itu..."
Flash back.
12 tahun yang lalu...
Musim panas, 27 Agustus.
"Dengar adikku..." kata seorang gadis yang menggunakan baju zirahnya lengkap dengan jubah yang berwarna hijau.
"Suatu saat nanti kau akan menjadi pemimpin di guild ini, dan menggantikan aku. Maka dari itu jadilah kuat" kata gadis itu sambil memeluk adik laki-laki.
"Janji" di ulurkannya jari kelingkingnya yang sudah di balut dengan sarung tangan hitam.
Di balasnya jari kelingking itu.
"Ya aku berjanji dan seorang laki-laki tidak akan melanggar janjinya" serunya semangat. "Aku akan menjadi pemimpin guild ini dan menjadi kuat" ujar bocah berusia 5 tahun itu.
"Bagus" gadis itu melepaskan jarinya dan mentap wajah adikknya. "Jagalah ibu dan jadilah anak baik" di elusnya dengan lembut kepala dengan rambut yang berwarna hitam sama seperti rambutnya.
"Aku... Akan pergi sekarang" ujarnya pelan.
"Kak... Kau akan kembalikan?" tanya adikknya. Bukannya menjawab si kakak malah berjalan menuju pintu sambil menenteng pedang besarnya.
"Kak" panggil bocah itu.
Gadis dengan rambut hitam di kuncir satu itu menghentikan langkahnya dan menoleh pada adikknya.
"Aku... Menyayangimu Ackley" katanya lembut, serta dengan senyuman yang sangat tulus.
Seperti senyuman yang akan di berikan terakhir kalinya untuknya.
Gadis berbalik dan terus melangkah, tampa mempedulikan teriakan adiknya yang terus memanggilnya.
"Kakak"
"Kak"
"Kakak!!"
Flash back end.
"Aku... Benar-benar payah..." kata pemuda itu pelan suaranya terdengar bergetar. "Sampai sekarang aku tidak bisa menempati janjiku padamu..."
Mata birunya menerawang jauh.
"Aku... Payah... Padahal sekarang umurku sudah 17 tahun, kalau kau saat seumuran denganku kau sudah menggantikan posisi ayah" pemuda menghela nafas panjang.
"Dan aku, hanya seorang pecundang yang tidak bisa mengalahkan teman masa kecilnya sendiri" katanya pelan lalu tersenyum miris.
"Tapi kau adalah orang yang tidak bisa diam saat melihat orang dalam masalah" kata pemuda lainnya yang berambut blonde dengan mata secerah langit musim panas 'Azure'.
Di sampingnya seorang gadis manis berambut silver panjang berhias pita ungu dan bermata violet menatapnya dengan lembut.
"Ya... Yang dikatakan Arthur itu benar, dan kau juga sangat hebat Ackley, walaupun sampai sekarang kau belum bisa mengalahkan Arthur" kata gadis itu sambil terkikik.
Si pemuda yang di panggil Ackley tadi menoleh, dan melihat kedua teman masa kecilnya sekaligus sahabatnya.
"Putri Lucia, Art apa yang kalian lakukan di sini" tanya bingung.
"Kau lama... Makanya kami menyusul" kata Arthur sinis, sambil menyilankan kedua tangannya di depan dadanya.
Ackley tersenyum, dan berjalan mendekati mereka berdua.
"Hahahaha" tawanya lepas. "Maaf, maaf aku lupa" sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.
"Dasar"
"Jadi, ayo pergi" ajak Lucia tersenyum dengan manis dan menatap ke duanya.
"Iya" jawab mereka berdua.
-Chap 0: Prolog, end-
Di sinilah kami...
Anak-anak terpilih dari berbagai kerajaan yang menjadi satu...
Untuk melawan kejahatan yang abadi...
Eltier...
No comments:
Post a Comment